Senin, 03 Agustus 2009

Pikun dan Pisang

PIKUN DAN PISANG


Mudah Lupa? Cukup Dua Buah Pisang Sehari ....

*) Potensi Pisang untuk Mencegah Demensia

ANGKA pertumbuhan lansia mencapai 2,5 persen per tahun, lebih besar
dari angka pertumbuhan populasi dunia yang hanya 1,7 persen per tahun.


Hingga 30 tahun mendatang diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk
usia lanjut mencapai 200-400 persen. Sementara kenaikan populasi
penduduk usia lanjut di Indonesia antara tahun 1990 dan 2025 akan
mencapai 414 persen dari 32 juta orang pada tahun 2002.


BERSAMAAN dengan bertambahnya usia, terjadi pula penurunan fungsi
organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Penurunan ini terjadi pada
semua tingkat seluler, organ, dan sistem. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia.


Masalah lain yang timbul adalah menurunnya kemampuan kognitif (gejala
ringan adalah mudah lupa dan jika parah akan menyebabkan kepikunan).
Ada banyak faktor yang terkait dengan menurunnya kemampuan kognitif
pada kelompok lanjut usia ini. Faktor gizi dan pola hidup yang sehat
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan kognitif warga
senior.


Di sebuah provinsi di China disebutkan, terdapat populasi lansia yang
sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat
dan sedikit sekali prevalensi kepikunan di sana. Menurut mereka,
rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak mengonsumsi sayur
dan buah, aktivitas fisik yang tinggi, dan sosialisasi dengan warga
lainnya, dan sebagai tambahan mereka hidup di tempat yang sangat
bersih dan jauh dari polusi udara.


Homosistein dan menurunnya kemampuan kognitif


* Menjadi tua adalah pasti, yang terpenting adalah bagaimana menjadi
tua tapi sehat dan tidak membebani, termasuk di antaranya mencegah
terjadinya kepikunan.


Menurunnya kemampuan kognitif sering kali dianggap sebagai masalah
biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia
lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif yang ditandai dengan
banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan.


Kognitif adalah kemampuan pengenalan dan penafsiran seseorang terhadap
lingkungannya berupa perhatian, bahasa, memori, visuospasial, dan
fungsi memutuskan. Kemunduran yang paling dominan ditemui adalah
menurunnya kemampuan memori atau daya ingat. Demensia merupakan suatu
kemunduran intelektual berat dan progresif yang mengganggu fungsi
sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian seseorang.


Ada satu hipotesis yang menyatakan kepikunan memiliki keterkaitan,
baik secara langsung maupun tidak, dengan hiperhomosisteinemia pada
lansia. Hiperhomosisteinemia adalah berlebihan kadar homosistein dalam
darah. Hiperhomosisteinemia ini berkaitan dengan rendahnya konsentrasi
folat, vitamin B12, dan vitamin B6.


Pernyataan tersebut berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kaplan et al (2001, 2002) yang dimuat di American Journal of Clinical
Nutrition, yang menunjukkan bahwa kemampuan kognitif lansia dapat
ditingkatkan dengan pemberian makanan yang terbuat dari karbohidrat
lemak dan protein yang dibuat dalam bentuk makanan dan minuman.


Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Brian et al (2002) tentang
pengaruh pemberian suplemen dalam bentuk kapsul yang terdiri dari asam
folat, vitamin B12, dan vitamin B6 menunjukkan hubungan yang
signifikan terhadap kemampuan mengingat wanita dari berbagai kelompok
umur.


Sebagaimana diketahui bahwa karbohidrat, protein, serta lemak
merupakan komponen gizi yang berperan sebagai makanan otak. Akan
tetapi, optimalisasi perannya perlu ditunjang dengan vitamin dan
mineral yang berfungsi untuk mengoptimalkan metabolisme komponen gizi
tersebut. Sementara kita juga memahami bahwa proses penuaan juga
berkaitan dengan menurunnya kemampuan daya cerna.


Homosistein, folat, vitamin B6, dan vitamin B12


* Pada dekade terakhir ini folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat
dikatakan menjadi primadona di bidang pangan dan gizi.


Hal ini lebih kepada peran folat, B6, dan B12 sebagai koenzim yang
memiliki spektrum kerja yang luas. Diketahui bahwa folat dan kofaktor
lainnya, seperti vitamin B6, B12, dan metionin, berperan dalam
metilasi biologis dan pemeliharaan pool folat intraseluler untuk
sintesis DNA.


Konsentrasi folat merupakan determinan penting dari total homosistein.
Meningkatnya konsentrasi homosistein diperkirakan secara langsung
memengaruhi karsinogenesis dengan berkurangnya DNA di jaringan yang
penting melalui peningkatan secara simultan S Adenosilhomosistein.
Penggunaan homosistein sebagai cara untuk menilai folat dalam
karsinogenesis ini penting karena hal ini mungkin berkaitan dengan
metabolisme folat yang merupakan indikasi berkurangnya fungsi-fungsi
enzim yang terlibat dalam metabolisme homosistein.


Homosistein merupakan asam amino yang terbentuk sebagai hasil
demetilasi metionin. Homosistein akan terakumulasi dalam darah jika
terjadi gangguan dan konsentrasinya bergantung pada status folat, B6
dan vitamin B12. Ketergantungan homosistein pada folat, B6, dan B12
cukup tinggi, mengingat secara biokimia pemecahan homosistein menjadi
sistein membutuhkan vitamin B6, dan remetilasi kembali menjadi
metionin membutuhkan B12 dependent enzyme dengan folat sebagai
substratnya.


Kebutuhan vitamin B6, B12, dan folat harus tercukupi, baik melalui
pangan sumber folat (sayur dan buah) maupun vitamin B12
(daging-dagingan) karena kedua vitamin tersebut penting untuk membantu
mengurangi kadar homosistein dalam tubuh kita. Homosistein yang
menjadi penyebab segala penyakit degeneratif, sebagai akibat dari pola
makan dan gaya hidup kita di masa lalu yang kurang sehat.


Potensi pisang


* Proses penuaan selalu disertai dengan meningkatnya kejadian
ketidakcukupan status vitamin B6. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dan memengaruhi
metabolisme vitamin B6.


Meskipun mekanismenya sampai saat ini belum dapat dijelaskan, beberapa
hasil penelitian yang dilakukan secara eksperimental menunjukkan
adanya hubungan antara status vitamin B6 dengan respons imunitas dan
kapasitas kognitif pada lansia.


Sebuah penelitian yang diterbitkan di tahun 1990-an menunjukkan bahwa
pisang dapat memenuhi 2/3 kebutuhan vitamin B6 pada lansia dengan
status ekonomi rendah yang tinggal di daerah metropolitan. Ada juga
yang memenuhi kebutuhan vitamin B6-nya hanya dari sayur dan buah.
Fakta penting dari penelitian ini adalah bahwa pisang mengandung
vitamin B6 yang dapat memenuhi sebanyak 30 persen dari total kebutuhan
vitamin B6. Keuntungan lain dari pisang adalah sifatnya yang padat
gizi, ekonomis, dan mampu memenuhi kebutuhan vitamin B6 dan folat
dalam jumlah yang cukup signifikan dan siap santap dan sangat cocok
untuk mencegah demensia sejak dini.


Kebutuhan vitamin B6 dan folat dapat dipenuhi dengan cara mengonsumsi
1,5-2 pisang dalam setiap hari. Karena, 100 gram pisang mengandung
0,58 miligram vitamin B6. Sementara satu buah pisang ukuran sedang
seberat 120 gram mengandung 0,70 miligram, artinya guna memenuhi
kebutuhan vitamin B-6 untuk lansia berkisar antara 1,5-2 mg/harinya,
cukup mengonsumsi dua buah pisang setiap harinya.


Dua buah pisang setara dengan dengan 58 mikrogram folat meskipun hanya
memenuhi sepertiga kebutuhan folat tubuh karena 2/3- nya dapat
dipenuhi dari sumber folat lainnya, seperti brokoli, bayam, dan
kacang-kacangan.


Kebutuhan vitamin B12 tidak dapat dipenuhi dari sumber pangan nabati,
untuk memperolehnya harus mengonsumsi sumber pangan hewani, seperti
susu, kerang, dan daging. Untuk yang terakhir, yakni daging, sebaiknya
yang tanpa lemak dan tidak terlalu banyak.


Keunggulan lain pisang adalah kandungan energinya merupakan energi
instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat
dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang
merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara
bertahap sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu
cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik
digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.


Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang
mempunyai indeks glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa,
sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih
lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu
timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan
energi sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.


Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa.
Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan
baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa
tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen
sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya.


Jadi, tips mudah untuk mencegah demensia adalah dengan dua buah pisang
ukuran sedang dan minum susu setiap hari, sepertinya akan cukup
membantu.